Thursday 19 May 2016

Selain Warna dan Motif, Ini Keistimewaan Lain Batik Gentongan Madura

Pelesiran ke Madura tidak afdol rasanya jika tidak membawa oleh-oleh khas pulau garam ini. Salah satu yang bisa dijadikan kenang-kenangan adalah batik Madura yang tersohor karena corak dan warnanya yang berbeda dibanding motif batik daerah lain. Apalagi tidak sulit menemukan sentra pembuatan batik dari ujung barat hingga ujung timur pulau dengan penduduk 3,6 juta jiwa ini. Ya, sentra batik Madura tersebar dari Bangkalan, kabupaten di ujung barat hingga Sumenep di ujung timur.

Di Bangkalan, sentra kerajinan batik ada di Desa Tanjung Bumi. Sedangkan di Pamekasan ada Desa Klampar yang jadi pusat kerajinan batik. Selain itu, ada Pasar 17 Agustus Pamekasan jika tidak tertarik datang ke sentra kerajinan. Di Sumenep, ada Desa Pragaan dan Pakandangan Barat yang tersohor sebagai desa produsen batik. “Mayoritas penduduk Pakandangan Barat merupakan perajin batik,” kata Taufan Febriyanto, pemilik Sentra Batik Tulis Al-Barokah. Sekitar 60 persen pembatik di desa ini menjual kreasinya kepada Taufan.

Bagi penduduk Pakandangan Barat, membatik bukan sekadar mencari nafkah, tapi menjaga dan merawat tradisi warisan nenek moyang mereka. “Karena itu, tidak ada yang mau membuat batik cap,” katanya. Taufan memiliki 63 orang mitra pembatik. Begitu juga Acmad Zaini, pemilik Sentra Batik Tulis Melati yang memiliki 41 mitra pembatik. Harga batik beragam mulai puluhan juta rupiah hingga ratusan juta rupiah per lembar. Tapi, ada satu batik yang harganya mencapai jutaan rupiah. Batik Gentongan namanya yang hanya ditemukan di Tanjung Bumi, Bangkalan.


Motif batik Madura dengan ciri khas adanya warna merah pada motif bunga, tangkai atau daun tidak lepas dari sejarah Madura itu sendiri. Motif ini dianggap punya kemiripan dengan batik Yogyakarta. Untuk melihat kedekatan motif ini bisa dilacak dari akar sejarah batik Madura yang pertama kali dikenalkan oleh Adipati Sumenep, Arya Wiraraja pada abad ke-15. Arya Wiraraja merupakan teman dekat Raden Wijaya, pendiri Kerajaan Majapahit.

Kedekatan motif batik Madura dan Yogyakarta ini juga karena kedekatan hubungan raja-raja Mataram dengan bangsawan kerajaan di Madura. Misalnya, Kerajaan Bangkalan pada zaman Raja Cakraningrat I merupakan bawaan Kesultanan Mataram yang dipimpin Sultan Agung. Jadi, ada hubungan historis tentang kedekatan motif-motif batik Madura dan Yogyakarta. Meskipun demikian, motif batik Madura lebih ekspresif dalam warna dan corak. Bahkan pada beberapa motif cenderung lebih berani dalam ekplorasi warna.

Batik Madura memang memiliki daya pikat tersendiri, antara lain pada pewarnaannya yang tajam atau lebih dikenal dengan istilah ngejreng. Dalam selembar kain, misalnya, bisa muncul warna yang kontras, yang tidak mungkin ditemukan pada kain batik pedalaman ataupun pesisiran di Jawa. "Batik Madura sangat ekspresif ketimbang batik Jawa pada umumnya. Teknik coletan lebih banyak digunakan di Madura. Itu ekspresif. Kalau tampak kasar atau tidak rapi, itulah karakter batik Madura. Tapi, jangan dianggap batik murahan," kata Ketua Komunitas Batik Surabaya Lintu Tulistyantoro.

Batik Madura juga menggambarkan kebebasan masyarakat berekspresi dengan ciri pesisiran yang tampak pada motif unsur laut seperti sisik ikan, kerang, atau sulur rumput laut. Salah satu batik legendaris Madura ya tidak lain adalah batik gentongan. Batik ini hanya dibuat di daerah Tanjung Bumi, Bangkalan. Yang paling istimewa dari batik ini warnanya makin lama makin cerah dan harganya paling mahal di Madura. Motifnya lebih banyak klasik seperti carcena, sisik malaya, sisik amparan atau sekoh. Satu lembar batik gentongan paling murah Rp 5 juta. Meski harganya mahal, tapi kualitas batik gentongan memang cocok dengan harganya.

No comments:

Post a Comment